Translate

Sunday, March 6, 2016

Alat Musik Tradisional Aceh

ACEH

Aceh merupakan sebuah provinsi yang terletak di paling barat Negara Indonesia. Kota ini disebut dengan Serambi Mekah. Alasannya adalah karena Aceh merupakan jalur masuk dan jalur penyebaran agama islam di Indonesia. Indonesia sendiri memiliki banyak keanekaragaman budaya yang berbeda-beda, salah satunya adalah Alat Musik Tradisionalnya. Untuk itu maka kita akan kupas tuntas Alat musik tradisional yang ada di Aceh ini.

Berikut ini adalah macam-macam Alat Musik Tradisional Aceh :

1. Arbab

    Arbab adalah salah satu alat musik tradisional Aceh yang berasal dari alam. Instrumen ini terdiri dari dua bagian, yaitu : Arbab sendiri (Instrumen induknya) dan Penggeseknya (stryk stock). Adapun dalam bahasa daerahnya disebut sebagai Go-Arab. Alat musik ini menggunakan bahan tempurung kelapa, kulit kambing dan dawai dalam pembuatannya. Arbab ini pernah berkembang di daerah Pidie, tepatnya di Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan pada saat acara-acara keramaian rakyat, seperti: Hiburan Rakyat,Pasar Malam dan lain-lain, tapi sekarang ini sudah tidak pernah dijumpai lagi kemungkinan besar alat musik ini sudah punah. Terakhir kali kesenian ini dimainkan pada zaman pemerintahan Belanda dan Penduduk Jepang.

Cara memainkan alat musik Arbab ini hampir sama dengan main Biola, hanya saja ada beberapa besar perbedaan sikap pemain saat memainkannya. Kalau biola biasanya diletakkan dibahu dan lengan, sedangkan arbab ini dimainkan dengan meletakkannya pada posisi bersender 45 derajat dan kaki pemainnya menahan Arbab. Itu berarti pemain harus duduk dilantai. Arbab ini juga digunakan sebagai salah satu alat musik yang penggunaannya masukke dalam area Ritual karena memainkannya memerlukan konsentrasi penuh dan harus dengan penghayatan.

2. Bangsi Alas

Bangsi Alas

Bangsi Alas adalah salah satu instrument tiup yang terbuat dari bambu. Biasanya Alat musik ini sering dijumpai di daerah Alas, kabupaten Aceh Tenggara. Bangsi dibuat dengan cara tradisional. Sering kali Bangsi dikaitkan dengan sesuatu yang mistik, padahal Bangsi dibuat untuk menghormati seseorang yang sudah meninggal. konon katanya jika di suatu desa atau kampung ada yang meninggal maka bangsi tersebut harus segera di hanyutkan atau dilempar ke dalam sungai yang kemudian bangsi yang sudah hanyut tersebut didiamkan atau juga di lihat sampai ada anak-anak yang mengambilnya, lalu setelah anak-anak selesai mengambilnya maka bangsi tersebut harus dikembalikan kepada pemilik awal yang telah melemparnya ke dalam sungai tersebut. Nantinya Bangsi inilah yang akan mengerluarkan suara merdu. adapun bangsi milik orang kaya biasanya dibungkus dengan perak atau suana. Sangat sedikit informasi tentang alat musik Bangsi Alas ini dan mungkin alat musik ini sudah punah dijaman sekarang ini.

3. Bereguh
Bereguh

Bereguh merupakan instrumen musik tradisional asli dari suku aceh. Bereguh adalah salah satu alat musik yang unik, sebab alat musik ini terbuat dari tanduk kerbau. Penggunaan instrumen ini tersebar di seluruh wilayah aceh, terutama Aceh Besar, Pidie dan Aceh Utara. Pada masa silam bereguh digunakan sebagai perlengkapan untuk berburu, meskipun tidak dimanfaatkan secara langsung untuk berburu, namun bereguh sendiri digunakan untuk berkomunikasi antara  sesama pemburu ataupun untuk meminta pertolongan saat mereka tersesat di tengah hutan.

Pada umumnya instrumen ini tidakdigunakan untuk bermain musik. Cara memainkan alat musik ini yaitu dengan cara ditiup. Agar dapat menghasilkan bunyi bereguh harus ditiup dengan cara tiup bagian ujung instrumen yang runcing dan melengkung, namun dengan rentang nada yang dapat dihasilkan oleh instrumen musik ini umumnya terbatas dan sangat bergantung pada teknik yang digunakan peniup dalam memainkannya.

4. Calempong

Calempong

Calempong merupakan salah satu alat musik yang sudah sangat tua. diperkirakan usianya sudah mencapai 100 tahun.Alat musik ini terletak di daerah Tamiang. Bahannya terbuat dari kayu, beberapa kayu disusun diatas sebuah penyangga. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dan disusun diantara dua kaki pemainnya.

Biasanya alat musik ini dimainkan oleh seorang perempuan terutama gadis-gadis namun saat ini cuma orang tua yang dapat memainkannya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai.



5. Canang

Canang

Canang adalah salah satu alat musik tradisional Aceh. Alat musik ini sering dijumpai pada kelompok masyarakat Aceh seperti Tamiang, Gayo dan Alas. Masyarakat Aceh menyebutnya sebagai "Canang Trieng", di Gayo menyebutnya sebagai "Teganing", di Tamiang menyebutnya sebagai "Kecapi" dan di Alas menyebutnya sebagai "Kecapi Olah".

Hampir semua daerah di Aceh memiliki alat musik Canang dan masing-masing daerah juga memiliki  pengertian serta fungsi yang berbeda-beda. Bentuk Canang sendiri hampir sama seperti Gong dan terbuat dari Kuningan. Cara memainkannya dengan cara di pukul.

Secara umum fungsi canang adalah sebagai penggiring tarian tradisional dan juga sebagai hiburan untuk anak-anak gadis. Biasanya mereka memainkan ini saat sedang berkumpul serta setelah selesai mengerjakan pekerjaan dan juga sebagai pengisi waktu senggang.

6. Gendrang
Gendrang

Gendrang memiliki nama lain yaitu gendang. Gendrang ini merupakan salah satu bagian alat musik yang dimainkan dengan seperangkat musik Serunee Kalee. Biasanya alat musik ini dijumpai di pesisir Aceh dan juga di daerah Aceh Besar seperti Pidie dan Aceh Utara. Gendrang dimainkan dengan cara dipukul baik itu menggunakan tangan ataupun dengan kayu pemukulnya. Berdasarkan fungsinya gendrang digunakan sebagai alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.

7. Rapai

Rapai

Rapai merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul. Menurut Z.R.Idris alatmusik rapai ini berasal dari Bahdad Irak. Dan dibawa masuk ke aceh oleh seorang penyiar agama islam bernama Syeh Rapi. Rapai dimainkan oleh 8-12 orang pemain. Berfungsi untuk mengatur tempo dan tingkatan-tingkatan irama bersama Serunee Kalee maupun buloh perindu.

Alat musik tradisional aceh berdasarkan besarnya dan fungsinya terdiri dari beberapa jenis seperti

  • Rapai Pasee (Rapai Gantung)
  • Rapai Daboih
  • Rapai Geurimpheng (Rapai Macam)
  • Rapai Pulot
  • Rapai Anak/Tingkah
  • Rapai Kisah
 Berdasarkan bentuknya Rapai mirip seperti tempayan atau panci dengan bermacam-macam ukuran. Di bagian atas Rapai ditutup dengan kulit sedangkan bagian bawahnya kosong. Alat musik ini biasa dimainkan dalam berbagai kesempatan seperti Pasar malam, Upacara, Perkawinan, Ulang Tahun, Mengiringi Tarian,, memperingati hari-hari tertentu dan Acara Lainnya. Selain itu Alat musik ini juga dapat digabungkan dengan peralatan musik lainnya.

8. Serunee Kalee
Serunee Kalee

Serunee Kalee adalah sebuah instrumen tiup tradisional Aceh. yang telah berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Alat Musik ini hampir menyerupai seruling dan clarinet, biasanya tersebar di komunitas Melayu. Kata Serunee Kale mengacu pada dua hal yang berbeda yaitu Kuningan tradisional Aceh yang sering bermain bersama rapai dan Kalee itu sendiri adalah salah satu nama dari sebuah desa yaitu desa Laweung Pidie.

Alat ini terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil sera dibagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang disebut perise. Serune ini memiliki tujuh lubang pengatur nada, selain itu terdapat lapis kuningan serta sepuluh ikatan dari tembaga yang disebut Klah (ring) serta berfungsi sebagai pengamanan dari kemungkinan retak atau pecah badan serune tersebut. Instrumen ini populer di daerah Pidie, Aceh Besar, Aceh Utara dan Aceh Barat. Warna dasarnya hitam yang berfungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh

Alat musik ini biasa dimainkan pada saat acara hiburan, tarian, dan penyambutan tamu bersamaan dengan alunan gendrang dan rapai.

9. Taktok Trieng
Taktok Trieng

Taktok Trieng merupakan salah satu alat musik yang terbuat dari bambu. Alat musik ini sering ditemukan di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Ada dua jenis taktok trieng yang terkenal yaitu satu dipergunakan di Meunasah (Langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan di alat ini. Dan jenis yang lainnya di pergunakan disawah-sawah dan berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan di tengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi disawah).

10. Tambo
Tambo

Tambo merupakan salah satu alat musik tradisional Aceh yang dipukul. Berdasarkan bentuknya tambo hampir sama dengan bedug. Tambo terbuat dari Bak Iboh (Batang Iboh), Kulit Sapi, dan Rotan. Rotan digunakn untuk peregangan kulit. Tambo sendiri berfungsi sebagai alat komunikasi untuk mementukan waktu sholat atau sembayang atau ibadah. Namun alat musik ini sudah punah dikarenakan telah banyak yang menggunakan microphone sebagai pembantu adzan.

No comments:

Post a Comment

Kritik dan Sarannya